Mengenal Gaya Arsitektur Neogotik, sebagai Ciri Bangunan Gereja Katedral Semarang
Kemegahan Gereja Katedral Semarang dengan ciri khas gaya arsitektur neogotik, sebagai replikasi gaya gotik Eropa.
TRIBUNJATENGWIKI.COM, SEMARANG - Ketika melintas di area Tugu Muda, anda akan melihat Lawang Sewu, Museum Mandala Bhakti, Wisma Perdamaian, dan Gedung Pemkot Semarang yang mengitari.
Tak hanya itu, pandangan mata Anda akan dibawa menelisik ke sebuah gereja di sebelah selatan, seberang kanan Museum Mandala Bhakti.
Dari jauh terlihat bangunan menjulang tinggi, atap berbentuk limasan dengan ciri khas gereja, serta lambang salib menempel di atas atap tersebut.
Menurut buku Sub Tutela Matris, Perjalanan Panjang Menjadi Katedral yang di terbitkan Gereja Katedral Semarang tahun 2008 sebagai acuan sejarah di balik berdirinya gereja, jika arsitektur bangunan memiliki gaya neogotik Eropa.
Gereja yang dibangun oleh arsitektur dari Belanda bernama J Th Van Oyen dibantu oleh konstruktor Kleiverde tahun 1927 dan resmi mulai digunakan sekitar tahun 1928.
Melihat lebih dekat, bangunan ini didesain berbentuk segi empat dengan tiga pintu utama masuk, sisi barat, selatan dan utara.

Atap berbentuk limasan dengan batuan alam menempel di dinding bangunan semakin menambah keelokan tersendiri.
Kaitannya perkembangan arsitektur neogotik, dilansir dari Kompas.com sekitar tahun 1920-an CPW Schomaker dan H Macline Pont membawa gaya arsitektur ini ke Indonesia.
Lambat laun neogotik turut pula diikuti oleh arsitek-aristek yang lain, termasuk J Th Van Oyen dibantu oleh konstruktor Kleiverde.
Disebut neogotik, karena model ini menyeruapai arsitektur gotik di Eropa.